“Justru dengan polemik antar partai pendukung dengan partai yang berusaha merapat ini, Prabowo harus membuka mata begitu berharganya dukungan partai di parlemen. Partai-partai parlemen jauh lebih bernilai dari partai partai non parlemen,” jelas Azhari.
Seperti diketahui, polemik mulai terjadi antara koalisi politik Prabowo-Gibran dengan partai partai yang berusaha merapat ke koalisi tersebut. Misalnya penolakan terbuka yang dilakukan Partai Gelora terhadap niat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran.
Padahal secara riil, jumlah koalisi politik Prabowo-Gibran (Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat) masih sekitar 43,16 persen. Jumlah dukungan di parlemen tersebut masih belum cukup efektif mengamankan kepentingan dan kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Meskipun Partai Nasdem dan PKB sudah mendeklarasikan opsi bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Akan tetapi, selama dukungan bergabung tersebut belum diresmikan maka belum ada kepastian atas tambahan kekuatan politik Prabowo-Gibran di DPR.
Editor : Furqon Munawar