CIANJUR, iNewsCianjur.id - Satu tahun lalu tepatnya Senin 21 Nopember 2023 siang sekira pukul 13.21 Wib terjadi gempa bumi dahsyat berkekuatan 5,6 magnitudo yang mengguncang sebagain wilayah Kabupaten Cianjur.
Gempa tersebut mengakibatkan sejumlah infrastruktur hancur luluh lantak, jalan, jembatan, bangunan, tanah longsor, dan menelan ratusan korban jiwa.
Pasca gempa Pemkab Cianjur dan masyarakat hingga saat ini masih terus berupaya membenahi diri dan berjuang bangkit dari keterpurukan pasca bencana. Namun ironisnya hingga saat ini, ternyata masih ada warga penyintas yang tinggal di tenda-tenda darurat. Ada juga ratusan siswa terpaksa masih harus belajar mengajar di tenda.
Ada sebanyak 1.700 Keluarga yang masih berada di tenda pengungsian. Dari 1.700 Keluarga yang masih berada ditenda pengungsian yang tersebar di selururuh Kecamatan, Kecamatan Cugenang menjadi Kecamatan terbanyak pengungsi yang masih berada di dalam tenda.
"Setelah kita lakukan pendataan ke setiap Kecamatan, kurang lebih ada sekitar 1.700 yang masih ditenda dan itu termasuk yang berada di Hunian Sementara (Huntara)," tutur Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur Asep Kusmana Wijaya, Selasa (21/11/2023).
Asep mengatakan, para warga yang masih berada ditenda pengungsian mendapatkan bantuan dana tunggu hunian (DTH) dari pusat sebesar 500 ribu.
"Mereka itu diberikan DTH 500 ribu setiap bulannya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk warga untuk sewa rumah. Total anggarannya 10 miliar dan baru tersalurkan 1 miliar lebih jadi sebagian belum dapat," katanya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman menjelaskan, para warga yang masih berada di dalam tenda pengungsian maupun huntara masih menunggu pembangunan tempat relokasi maupun bantuan tahap empat.
"Warga yang masih berada di dalam tenda itu kan dari pemerintah diberi DTH Rp500 ribu perbulan, uang itu seharusnya untuk digunakan untuk ngontrak rumah agar tidak lagi diam ditenda tapi malah banyak yang digunakan keperluan lain. Kalau uangnya digunakan semestinya mungkin tidak ada lagi yang tiggal ditenda," jelas Herman.
Herman menambahkan, ada juga warga penyintas yang berdalih sulit mendapatkan rumah kontrakan dan lokasi kontrakan yang jauh dari perkampungan, sehingga mereka tetap memilih tinggal di dalam tenda dan hunian darurat.
Ada juga yang beralasan memilih bertahan di tenda dan hunian darurat karena dekat ke tempat bekerja dan masih tetap bisa mencari nafkah dengan menggarap lahan pertanian di sekitar perkampungan yang sudah dapat digarap sejak beberapa bulan terakhir.
Namun pihaknya tetap memberikan perhatian bagi warga yang memiliki anak balita dan orang tua lanjut usia yang masih bertahan di dalam tenda dan hunian darurat untuk mendapatkan bantuan logistik setiap bulannya yang disalurkan dinas penghubung.
"Berbagai bantuan masih tetap mengalir untuk mereka yang memiliki balita dan lansia yang masih tinggal di dalam tenda dan hunian darurat," kata Herman.
Sedangkan terkait bantuan stimulan tahap IV untuk perbaikan rumah penyintas yang rusak, Herman mengatakan masih dalam proses dengan harapan dapat segera cair sebelum akhir tahun karena sudah masuk satu tahun warga penyintas tinggal di dalam tanda dan hunian darurat.
"Kami sudah menyerahkan Surat Keputusan nama penerima bantuan stimulan tahap IV ke Kementerian PUPR melalui BNPB, besar harapan kami dapat terealisasi di akhir tahun, sehingga warga dapat membangun kembali rumahnya," pungkas Herman.
Editor : Ayi Sopiandi