"Bapak dan ibu sudah berpisah sejak kecil dua adik saya ikut sama ibu. Saya tinggal sama nenek dan kakek, tapi mereka sudah meninggal," kata Asep.
Tak terlihat sedikitpun rasa takut ataupun khawatir meski harus hidup sendiri. Dia tetap tegar menghadapi hidup meski berada ditengah keterbatasan penglihatannya.
"Ya kalau sehari-hari dirumah aja kadang-kadang ada yang nyuruh ngarit buat hewan peliharaan orang, kadang juga metik sayuran dan manjat pohon kelapa itupun kalau ada yang nyuruh," ucapnya.
"Keseharian ya sendiri. Paling ada temen datang kesini itu pun jarang karena kesibukan juga mungkin ya," ungkap Asep.
Ketika ditanya apakah kedua orang tuanya masih datang berkunjung, dia menjawab ya. "Ya paling setahun 1-2 kali," jawab Asep.
Asep sendiri tidak mempunyai harapan yang macam-macam. Yang dia inginkan adalah bisa bermanfaat bagi orang lain.
Disisi lain Tarya, salah seorang warga merasa sangat bangga dengan kegigihan hidup sekaligus merasa tersentuh untuk bisa membantu. Dia berharap ada orang lain yang lebih peduli dengan kondisi Asep.
"Saya sendiri coba membantu dengan sekemampuan saya. Ya semoga saja ada pihak lain diluar sana yang peduli dan bisa membantu terlebih Asep ini masuk dalam berkebutuhan khusus," singkatnya.
Editor : Ayi Sopiandi