Menurut Edi, banyak siswa terlambat karena harus menyeberangi sungai dengan rakit. Pihak sekolah bahkan acap kali memberi izin ketika debit air naik untuk menghindari risiko keselamatan.
“Kalau memaksakan lewat rakit saat banjir, perjalanan bisa sampai satu jam. Kami prioritaskan keselamatan,” tegasnya.
Warga dari dua kecamatan tersebut berharap pemerintah kabupaten maupun provinsi segera membangun kembali jembatan yang sangat vital bagi aktivitas pendidikan, ekonomi, dan mobilitas harian. Mereka menilai kondisi ini sudah terlalu lama tanpa kepastian.
“Setiap hari kami waswas. Ini sudah empat tahun, tidak ada kepastian kapan dibangun. Kami hanya ingin jembatan yang layak agar aktivitas kembali aman,” ungkap seorang warga.
Editor : Ayi Sopiandi
Artikel Terkait
