Saat debit air meningkat, Sella terpaksa mengambil jalur alternatif meski harus berjalan lebih jauh dan kerap terlambat masuk sekolah.
Nasib serupa dialami Atep (35), warga Kampung Parabon, Desa Talagasari. Ia setiap hari menyeberangi sungai menggunakan rakit untuk berangkat kerja, bahkan sambil membawa sepeda motor.
“Kalau melihat arus sungai memang takut, tapi mau bagaimana lagi, setiap hari harus kerja,” tuturnya.
Wakil Kepala Madrasah Aliyah (MA) Bojong Jati, Edi Wahyu, mengatakan jembatan putus sejak banjir besar 2021 yang menghanyutkan material kayu hingga pohon tumbang, menggerus pondasi jembatan gantung tersebut.
“Airnya waktu itu sangat besar hingga merusak jembatan. Sejak saat itu akses siswa kami sangat terganggu,” jelasnya.
Editor : Ayi Sopiandi
Artikel Terkait
