Safa dan Laut yang Tak Pernah Tidur: Kisah Kecil dari Pesisir Cibareno

Ayi Sopiandi
Sandi, nelayan asal Muara Cibareno, Lebak Banten (baju merah) saat di pantai Cibareno. (Foto : iNewsCianjur.id).

“Kalau sekarang lautnya lagi ‘tidur’, nelayan banyak yang nganggur. Gelombangnya tinggi, nggak berani maksa,” tutur Sandi dengan sorot mata lelah.

Keluarga ini memiliki tiga anak, terdiri dari anak ke satu, Adrian Maulana (16), Safa Nuraisah (6), dan si bungsu Rasyid Alfarizi yang masih bayi. Adrian, si sulung, harus berhenti sekolah saat baru naik kelas 2 SMP karena kendala biaya. Setiap hari ia butuh sekitar Rp70 ribu untuk ongkos ojek dan jajan ke SMP Gunungbatu, belum lagi kebutuhan jika mondok di pesantren.

“Waktu itu kami harus memilih, makan atau sekolah,” kata Sandi lirih. “Dan kadang pilihan itu sangat menyakitkan.”

Masa Depan di Ujung Ombak
Kini harapan keluarga Sandi dan Amel bertumpu pada Safa gadis kecil yang belum tahu bahwa dunianya yang sederhana bisa jadi begitu keras. Ia belum mengenal kota, belum tahu soal internet atau permainan digital. Tapi di antara pasir dan kerang, Safa sedang belajar banyak hal tentang sabar, tentang syukur, dan tentang mencintai alam tanpa meminta lebih.

Amel, sang ibu, selalu mengawasi Safa dari kejauhan saat bermain di pantai. Tak jarang ia harus menahan cemas ketika ombak datang lebih cepat atau angin tiba-tiba kencang. Tapi ia tahu, membatasi Safa dari laut adalah seperti memisahkannya dari jiwanya sendiri.

“Anak pesisir mah, kalau sore pasti ngajak ke laut. Itu tempat mereka bahagia,” kata Amel, sambil menatap anaknya yang sedang melompat di antara buih.

Editor : Ayi Sopiandi

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network