CIANJUR, iNewsCianjur.id - Setahun lalu tepatnya tanggal 21 November 2022, Kabupaten Cianjur diguncang gempa bumi magnitudo 5,6. Dampak yang ditimbulkan akibat gempa bumi itu sangat dahsyat.Gempa bumi mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dunia.
Selain itu, puluhan ribu bangunan rumah penduduk, bangunan perkantoran, bangunan sekolah, dan lainnya rusak. Setahun pascagempa bumi, penanganannya masih terus berlangsung hingga saat ini.
Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menyebut, Kabupaten Cianjur, merupakan salah satu daerah rawan bencana geologi. Selain gempa, potensi bencana geologi lainnya yang rawan terjadi yaitu tanah longsor ataupun gerakan tanah. Kondisi itu tak terlepas historis beberapa kali bencana berskala besar terjadi di wilayah tersebut.
"Cianjur itu multihazard. Potensinya besar di Kabupaten Cianjur. Tidak hanya gempa bumi, juga sering terjadi longsor atau kita sebut gerakan tanah," kata Wafid kepada awak media di sela-sela penutupan kegiatan focus group discussion (FGD) bertema peningkatan kapasitas kebencanaan geologi di salah satu hotel di Jalan KH Abdullah bin Nuh, Cianjur, Minggu (19/11/2023).
"Kegiatan ini (FGD) merupakan rangkaian peringatan kita terhadap gempa Cianjur dan multihazard yang terjadi di sini (Cianjur). Sekaligus kita soft launching portal Mitigasi Bencana Geologi (MBG)," katanya.
Wafid menuturkan pada momen itu sekaligus juga ingin menyosialisasikan secara substantif serta diskusi dengan para pemangku kebijakan berkaitan dengan kebencanaan geologi. Sejauh ini terus dilakukan evaluasi dan identifikasi sesar-sesar yang ada di Cianjur pascagempa bumi beberapa waktu lalu.
"Kita evaluasi apakah ada hubungan dengan sesar-sesar lama kemudian teraktifkan kembali dan sebagainya. Itu semuanya terus menerus secara dinamis kita lakukan evaluasi," jelasnya.
Wafid berharap masyarakat memahami betul berbagai potensi bencana. Dengan pemahaman itu maka berbagai upaya antisipasi bisa disiapkan sedini mungkin.
"Dengan diskusi atau FGD ini maka bisa membangkitkan kembali rasa untuk mengetahui potensi-potensi kebencanaan," pungkasnya.
Sementara itu Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, menambahkan adanya portal Mitigasi Bencana Geologi (MBG) diharapkan berbagai informasi bisa tersampaikan kepada masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.
"Tentunya ini memerlukan sosialisasi yang masif. Itu akan jadi program kita ke depan, misalnya sosialisasi bagaimana membaca peta-peta daerah rawan dan menerapkannya kepada masyarakat yang tinggal di daerah berbahaya berikut rekomendasi tindakan-tindakan preventifnya seperti apa," ungkap Hendra.
Portal MBG merupakan hasil dari pemetaan atau mitigasi. Data dan informasinya selalu terbarukan sehingga semuanya terintegrasi.
"Karena itu kita diskusikan bersama dengan para stakeholder dengan menghadirkan para ahli. Masyarakat juga minimalnya bisa melakukan hal-hal praktis pada pencegahan pertama," pungkasnya.
Editor : Ayi Sopiandi