Relly menyebutkan, kerugian yang dialami para nelayan tidaklah kecil. Satu unit perahu beserta mesin dan perlengkapannya bisa bernilai hingga Rp 80 juta hingga Rp 90 juta.
“Kami sudah mengajukan permohonan perluasan kolam labuh sejak lama, tapi belum ada realisasi hingga saat ini. Padahal, ini sudah jadi kebutuhan mendesak,” tegasnya.
Ia pun berharap pemerintah pusat, provinsi, dan daerah segera turun tangan dan merespons persoalan ini. Menurutnya, keberadaan kolam labuh yang layak sangat penting demi keselamatan dan keberlangsungan ekonomi para nelayan Jayanti.
"Setiap kali musim angin selatan datang, banyak perahu rusak atau tenggelam dihantam ombak karena tidak punya tempat berlabuh yang aman. Kalau dibiarkan terus, nelayan akan terus jadi korban,” tambah Relly.
Relly juga mengingatkan bahwa tanpa kolam labuh yang memadai, nelayan akan terus menghadapi ancaman serupa setiap tahun. Pembangunan kolam labuh baru, katanya, bukan lagi sekadar wacana, tapi sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
Editor : Ayi Sopiandi
Artikel Terkait