get app
inews
Aa Text
Read Next : Urus Pajak Sambil Baca Buku Digital, Dispusipda Jabar Luncurkan Anjungan Literasi di P3DW Cianjur

348 Tahun Cianjur: Di Balik Gemerlap Pesta, Ada Janda Tua yang Terlupakan di Gubuk Reyot

Minggu, 20 Juli 2025 | 17:20 WIB
header img
Samsah (80) didampingi anaknya Herman saat ditemui di rumahnya. Foto: iNewsCianjur.id/Gusti Wilantara.

CIANJUR, iNewsCianjur.id – Di tengah gegap gempita Hari Jadi Kabupaten Cianjur ke-348, ketika panggung hiburan rakyat dan pesta budaya menyedot ribuan pasang mata, ada kisah pilu yang luput dari sorotan. 

Abu Samsah (80), seorang janda lansia di Kampung Tegallega, Desa Talagasari, Kecamatan Sindangbarang, hidup sebatang kara dalam gubuk reyot yang hampir rubuh tanpa penerangan layak, tanpa sanitasi, dan ironisnya, tanpa sentuhan bantuan sosial dari pemerintah.

Hidupnya jauh dari kata layak. Setiap hari, Abu Samsah hanya mengandalkan belas kasih tetangga dan warga yang peduli. Bahkan, untuk makan sehari-hari, ia kerap dibantu oleh ustaz setempat atau tetangga yang iba. Sementara program bantuan sosial seperti PKH, BPNT, atau BLT Dana Desa justru tak pernah mampir ke pintu rumahnya yang hanya berdinding bilik rapuh dan beratap bocor.

"Sudah hampir empat tahun ibu saya tidak pernah mendapat bantuan. Sementara yang lain, yang rumahnya bagus, malah dapat terus. Apa karena ibu saya sebatang kara dan tak bisa bicara banyak?" tutur Herman (43), anak Abu Samsah dengan nada getir saat ditemui, Minggu (20/7/2025).

Herman mengaku kecewa terhadap sikap pemerintah yang terkesan tutup mata. Ia berharap momentum hari jadi Cianjur bukan hanya dirayakan di pusat kota, tapi juga jadi refleksi untuk melihat kembali kehidupan rakyat di pelosok yang masih hidup dalam kubangan kemiskinan.

Ketua RW setempat, Supar, membenarkan bahwa Abu Samsah memang pernah tercatat sebagai penerima bantuan. Namun anehnya, bantuan itu tak pernah diterima oleh yang bersangkutan.

“Kami catat ada bantuannya, tapi kenapa tidak diterima, saya juga tidak tahu pasti,” ucap Supar saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Kisah Abu Samsah bukan satu-satunya. Di Kampung Kiaramenyan, Desa Sirnagalih, kondisi serupa juga dialami oleh keluarga Supiandi. Sang istri, Suhena, mengungkapkan bahwa keluarganya sudah tak lagi mendapat bantuan PKH maupun sembako dari BPNT sejak beberapa tahun terakhir.

“Padahal kami sangat butuh. Suami saya buruh tani. Penghasilan tak menentu. Saya berharap di hari jadi Cianjur ini, pemerintah lebih peduli kepada warga yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.

Perayaan Hari Jadi Cianjur ke-348 memang berlangsung meriah. Ribuan warga tumpah ruah mengikuti Pesta Raya di Taman Prawatasari, lengkap dengan artis papan atas, kembang api, dan panggung hiburan.

Namun di sudut-sudut pedesaan seperti Sindangbarang dan Sirnagalih, perayaan ini terasa asing. Tak ada pesta. Tak ada panggung. Yang ada hanya harapan yang tak kunjung disapa oleh kebijakan.

Hari Jadi seharusnya menjadi momentum evaluasi. Tentang siapa yang tertinggal, siapa yang tak terdengar, dan siapa yang masih menunggu kehadiran negara dalam hidup mereka. Sebab makna ulang tahun bukan hanya pesta, tapi juga janji perbaikan dan keadilan sosial.

Editor : Ayi Sopiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut