Pasien Menumpuk di IGD RSUD Sayang Cianjur, Keluarga Keluhkan Pelayanan

CIANJUR, iNewsCianjur.id - Sejumlah pasien dan keluarganya mengeluhkan buruknya pelayanan di RSUD Sayang Cianjur, khususnya terkait penumpukan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang berlangsung selama berhari-hari.
Salah satu kasus yang mencuat adalah seorang anak yang harus dirawat di IGD selama dua hari karena tidak mendapat kamar rawat inap.
Dedi, orang tua pasien anak tersebut, menyatakan kekecewaannya karena putrinya yang masih kecil terpaksa dirawat di ruangan yang sama dengan pasien dewasa, termasuk yang mengidap penyakit menular.
“Anak saya masih kecil, daya tahan tubuhnya belum kuat. Tapi dia harus dirawat bersama pasien dewasa yang sakitnya bermacam-macam, ini sangat berisiko,” ungkap Dedi, Minggu (22/6/2025) kemarin.
Ironisnya, lanjut Dedi, ia mendapati bahwa beberapa ruangan rawat inap, termasuk ruang anak, terlihat kosong. Namun petugas rumah sakit tetap menyatakan bahwa semua kamar penuh.
“Kalau memang penuh saya bisa maklum, tapi saya lihat sendiri ada ruangan yang kosong. Saya jadi curiga ada semacam permainan kamar, mungkin untuk pasien-pasien tertentu,” kata Dedi dengan nada kecewa.
Keluhan tersebut langsung mendapat respons dari Plt Direktur Utama RSUD Sayang Cianjur, dr. Yuli Hendriyani. Ia menjelaskan bahwa keterlambatan penempatan pasien ke ruang rawat inap terjadi karena sejumlah ruangan tengah direnovasi.
“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Beberapa ruangan sedang dalam perbaikan sehingga kapasitas kamar berkurang. Namun kami pastikan tidak ada permainan dalam penempatan pasien,” tegas Yuli.
Yuli juga menegaskan bahwa protokol kesehatan di IGD diterapkan secara ketat untuk mencegah penularan antar pasien, termasuk bagi anak-anak yang sementara dirawat di sana.
Meski begitu, desakan masyarakat agar RSUD Sayang meningkatkan transparansi dan pelayanan terus menguat. Sebagai rumah sakit rujukan utama di Kabupaten Cianjur, publik berharap manajemen RS tidak hanya memberikan penjelasan, tetapi juga tindakan nyata dalam memperbaiki sistem layanan.
Editor : Ayi Sopiandi