CIANJUR, iNewsCianjur.id - Pemkab Cianjur melelang program orang tua asuh bagi anak penderita stunting yang masih tersisa 13,6%. Sehingga dengan menjadi orang tua asuh Kabupaten Cianjur akan menjadi zero stunting.
Inovasi dilakukan Pemkab Cianjur untuk menekan angka prevalensi kasus tengkes (stunting) yang sekarang tersisa 13,6%.
Salah satunya melelangkan program orangtua asuh bagi anak penderita tengkes.
Menurut Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, menangani kasus stunting tidak bisa ditangani sendiri oleh pemerintah kabupaten, karena berbagai keterbatasan. Sehingga butuh kolaborasi dan kerja sama dari berbagai elemen agar bisa mempercepat penurunan angka kasus.
"Melalui kegiatan Rembuk Stunting, kami sudah membagi peran dan tugas. Saya sampaikan bahwa stunting ini tidak bisa dilaksanakan pemerintah saja tapi harua besama-sama," kata Herman di Pendopo, Jum'at (1/12/2023).
Untuk menangani stunting dibutuhkan dana yang cukup besar. Satu orang anak penderita stunting membutuhkan biaya penanganan sekitar Rp1 juta. Masih terdapat kekurangan pembiayaan sekitar Rp600 juta untuk penanganannya.
"Kami mengharapkan adanya peran masyarakat maupun para donatur untuk berpartisipasi ikut menangani penderita stunting. Pada acara rembuk stunting kami melelangkan ke para pengusaha (donatur) untuk menjadi orang tua asuh anak penderita strunting, termasuk kepada para pejabat. Alhamdulilah dari hasil lelang menghasilkan sekitar Rp347 juta. Kami berterima kasih dan apresiasi tinggi kepada para donatur," ungkap Herman.
Untuk lelang orangtua asuh stunting masih terbuka. Bagi masyarakat ataupun para donatur yang ingin berpartisipasi masih bisa menjadi orangtua asuh.
"Kalau penderita stunting ini ditangani, kemudian ibu hamil, dan remaja putri juga ditangani, insya Allah saya meyakini Kabupaten Cianjur bakal zero stunting. Dampaknya akan dirasakan pada Indonesia Emas 2045. Kabupaten Cianjur bisa mencetak generasi emas yang hebat, pintar, saleh, dan ending-nya berakhlak mulia," pungkas Herman.
Sebelumnya Kabupaten Cianjur berhasil mendapatkan penghargaan sebagai salah satu daerah terbaik menurunkan angka prevalensi di Jawa Barat dan Indonesia. Angka penurunannya cukup signifikan dari semula pada 2021 sebesar 33,7% menjadi 13,6% pada 2022.
Editor : Ayi Sopiandi