get app
inews
Aa Text
Read Next : Lysychansk Jatuh ke Tangan Rusia, Begini Komentar Presiden Zelensky

Euro Anjlok 12 Persen, Kini Nilainya Hampir Sama Seperti Dollar AS

Selasa, 12 Juli 2022 | 08:56 WIB
header img
Pecahan uang kertas Euro (Foto: Leonhard Foeger/Reuters)

NEW YORK, iNewsCianjur.id - Nilai Tukar antara euro dan dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot hingga 12 persen sejak awal tahun ini. Bahkan Pada Senin (11/7/2022) sore, Nilai Tukar Euro berada di 1,004 per dolar AS.

Nilai tukar Euro yang hampir sama dengan dolar AS ini terjadi pertama kalinya dalam 20 tahun. Kekhawatiran resesi di benua Eropa yang meningkat akibat tingginya inflaasi dan ketidakpastian pasokan energi karena perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab utama melemahnya Euro. 

BACA JUGA:
Nilai Tukar Euro dan Dolar AS Hampir Sama untuk Pertama Kalinya dalam 20 Tahun

Krisis energi datang bersamaan dengan perlambatan ekonomi, yang menimbulkan keraguan apakah Bank Sentral Eropa dapat memperketat kebijakan untuk menurunkan inflasi. ECB mengumumkan akan menaikkan suku bunga bulan ini untuk pertama kalinya sejak 2011 karena tingkat inflasi zona Eropa berada di 8,6 persen. 

Uni Eropa yang mengimpor 40 persen gasnya dari Rusia sebelum perang, berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas negara tersebut. Pada saat yang sama, Rusia telah membatasi pasokan gas ke sejumlah negara Uni Eropa dan baru-baru ini memangkas aliran gas melalui pipa Nord Stream ke Jerman sebesar 60 persen.  

Sekarang bagian penting dari infrastruktur impor gas di Eropa telah ditutup untuk pemeliharaan terjadwal. Pejabat Jerman khawatir, pipa itu mungkin tidak dihidupkan lagi.

Jerman mencatat defisit neraca perdagangan pertamanya sejak 1991 pekan lalu karena harga bahan bakar dan kekacauan rantai pasokan umum secara signifikan meningkatkan harga impor.

"Mengingat sifat ekspor Jerman yang sensitif terhadap harga komoditas, masih sulit untuk membayangkan neraca perdagangan dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan ke depan mengingat perkiraan perlambatan ekonomi zona Eropa," tulis ahli strategi valuta asing Saxo Bank dalam catatan baru-baru ini, dikutip dari CNN Business, Selasa (12/7/2022). 

Para analis mengatakan, serangkaian kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral, termasuk The Fed, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan menjaga tekanan pada euro. Hal ini akan mendorong investor memilih dolar AS sebagai save haven atau tempat yang aman. 

BACA JUGA:
Rusia Bantah Gagal Bayar Utang, Begini Penjelasan Kremlin

Deutsche Global Head of FX Research George Saravelos dalam sebuah catatan minggu lalu memperingatkan, safe haven ke dolar AS ini bisa menjadi lebih ekstrem jika Eropa dan AS memasuki resesi.   

"Situasi di mana euro diperdagangkan di bawah dolar AS pada kisaran 0,95 hingga 0,97 dolar AS dapat tercapai dengan baik, jika Eropa dan AS mendapati diri mereka tergelincir ke dalam resesi (lebih dalam) di kuartal III, dengan The Fed masih menaikkan suku bunga," tulis Saravelos. 

Itu kabar baik bagi masyarakat Amerika yang berencana mengunjungi Eropa musim panas ini, tetapi bisa menjadi berita buruk bagi stabilitas ekonomi global.

 

Editor : Nursidik

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut