Meski begitu, semangat para petani tak surut. Mereka bergotong royong memperbaiki bendungan secara manual saat debit air sungai mulai normal, dengan menumpuk karung berisi tanah, bebatuan, dan patok bambu sepanjang 50 meter untuk menahan aliran sungai.
Namun, upaya darurat itu hanya mampu bertahan sementara. Para petani berharap pemerintah segera membangun bendungan permanen berbahan beton yang lebih kokoh terhadap terjangan banjir.
Kepala Desa Kubang, Agus Supiyan Hidayat, membenarkan bahwa bendung BDBM memiliki peran vital dalam mendukung produktivitas pertanian warga.
“Bendung itu mengairi sekitar 200 hektar lahan di dua desa, Kubang dan Sukamahi. Tapi karena kondisinya sering rusak, warga mulai mengeluh,” ujar Agus.
Editor : Ayi Sopiandi
Artikel Terkait
