CIANJUR, iNewsCianjur.id - Sudah sama-sama kita ketahui bahwa Gunung Padang adalah situs megalitikum yang menyimpan banyak misteri. Bukan hanya gundukan batu berukuran besar saja tapi juga ada cerita yang tersembunyi didalamnya.
Berbagai macam alat yang ada saat ini dicoba demi mengungkap tabir didalamnya. Namun hingga kini para arkeolog masih belum menemukan jawaban yang pasti dibalik gundukan batu yang menyerupai punden berundak ini.
Situs gunung Padang yang berada di Dusun Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur ini merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum yang konon tertua di dunia. Demi mengamankan "aset" ini pemerintah membuatkan replika tidak jauh dari gunung Padang yang asli.
Beberapa kawasan di sekitar lokasi dirubah. Hal ini dilakukan agar replika tersebut mirip yang asli. Bahkan, telah direncanakan beberapa tahun sebelumnya dimana salah seorang pengelola mengatakan bahwa situs Gunung Padang yang asli agar tidak terganggu.
"Hingga kini situs gunung Padang masih dalam penelitian para arkeolog dan akan dibuatkan replika tidak jauh dari situs yang asli," kata kang Jenal, salah seorang pengelola.
Dirinya menjelaskan, jika nanti replika sudah selesai pembangunannya, para pengunjung nantinya tidak akan diperbolehkan datang ke situs yang asli. Mereka hanya bisa berkunjung ke replikanya saja.
Hingga kini proyek pembuatan replika masih dilakukan. Menurut informasi dari warga sekitar nantinya wisatawan tidak hanya akan menikmati replika gunung Padang saja, tapi juga berbagai fasilitas pendukung lainnya seperti tempat istirahat dan juga tempat makan dan minum.
Situs gunung Padang memang menarik bagi wisatawan terlebih para arkeolog dunia. Sejak dilakukan eskavasi sekitar tahun 2000 an, dimana ini dilakukan untuk mengetahui berbagai macam yang terkandung didalamnya, situs gunung Padang ini semakin diketahui warga dunia.
Berbagai spekulasi beredar antara lain kandungan emas yang ada di bawah situs juga yang lainnya. Namun begitu kita berharap dengan dibuatkan replika bisa mengetahui misteri yang hingga kini belum bisa terjawab.
Editor : Ayi Sopiandi
Artikel Terkait
