JAKARTA, iNewsCianjur.id - Ancaman inflasi yang semakin tinggi berdampak pada melonjaknya harga rumah. Kondisi ini membuat generasi muda Indonesia sulit memiliki hunian sehingga terancam hidup nomaden atau jadi beban mertua.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengungkapkan, harga perumahan dipastikan bakal naik. Selain karena inflasi, dalam tiga tahun terakhir, harga hunian cenderung stagnan dan tidak mengalami perubahan harga akibat pandemi.
BACA JUGA:
Beli Rumah Bebas Pajak Diperpanjang sampai Akhir Tahun, Ini Alasan Pemerintah
Faktor lain yang menjadi pemicu adalah backlog perumahan yang pada 2021 lalu angkanya tercatat mencapai 12,75 juta. Totok menyebut, angka backlog perumahan pada tahun lalu itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 11,4 juta.
"Iya itu salah satu penyebabnya, mau tidak mau harga rumah sederhana itu pasti naik, karena sudah 3 tahun ini mengalami perubahan harga," ujar Totok kepada MNC Portal Indonesia, Senin (11/7/2022).
Totok menambahkan, selama pandemi Covid-19, demand masyarakat terhadap perumahan mengalami pelemahan. Bertambahnya backlog bukan disebabkan oleh supply, melainkan demand yang berkurang.
BACA JUGA:
Ada Danau Pribadi di Rumah Seharga Rp69 Miliar, Begini Penampakannya
Menurutnya, apa yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu benar adanya. Di mana Sri Mulyani menyebut kaum muda saat ini bakal sulit untuk memiliki hunian pribadi karena adanya inflasi.
"Kan material memang naik terjadinya inflasi, inflasinya ini kan penyebabnya dia, pandemi dan perang," kata dia.
"Dengan kondisi ini kita harus mengatur biar tidak seperti Amerika, Amerika terjadi kenaikan harga yang averagenya 19,7 persen jadi sampai naik 2 kali lipat, ternyata yang transaksinya tidak ada," sambungnya.
BACA JUGA:
Lewat BP Tapera, Gaji Rp5 Juta Bisa Beli Rumah
Sri Mulyani sebelumnya mengatakan jika backlog perumahan di Indonesia sangat tinggi. Konsumen yang antre membutuhkan rumah apalagi Indonesia demografinya masih relatif muda dan membutuhkan rumah.
Namun, mereka tidak memiliki cukuup uang untuk mendapatkan rumah karena tak diimbangi dengan pendapatan.
"Purchasing power mereka (generasi muda) dibandingkan harga rumahnya lebih tinggi, sehingga mereka akhirnya end-up tinggal di rumah mertua, atau sewa. Itu pun kalau mertuanya punya rumah juga, kalau enggak punya rumah, itu juga jadi masalah lebih lagi, menggulung per generasi," ungkap Sri Mulyani.
Editor : Nursidik